Depresiasi adalah Penyusutan Aset Bisnis, Ini 5 Cara Menghitungnya!

Share this Post

depresiasi adalah
Table of Contents
shopee gratis ongkir

Sederhananya, depresiasi adalah nilai moneter suatu aset yang menurun seiring waktu karena penggunaan, keausan, atau keusangan. Penurunan ini diukur sebagai depresiasi atau penyusutan.

Mengutip dari India Times, depresiasi adalah penurunan nilai aset. Hal ini dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, seperti kondisi pasar yang tidak menguntungkan, dan lain-lain. 

Mesin, peralatan, dan mata uang adalah beberapa contoh aset yang cenderung menyusut selama periode tertentu waktu.

Kebalikan dari depresiasi adalah apresiasi yang meningkatkan nilai aset selama periode waktu tertentu.

Dengan menggunakan perhitungan akuntansi, kamu dapat mengestimasi penurunan nilai dengan menggunakan informasi mengenai masa manfaat aset. 

Metode perhitungan ini tentu berguna untuk estimasi nilai properti dengan tujuan perpajakan, seperti pajak properti dan lain-lain. 

Untuk aset seperti real estate, pasar, dan kondisi ekonomi, cenderung menjadi penting seperti dalam kasus penurunan ekonomi.

Dalam artikel ini kamu dapat memahami lebih jauh istilah depresiasi dalam perekonomian dan bagaimana cara menghitungnya.

Baca juga: Ingin Buka Usaha? Ini Cara Menghitung Modal Awal yang Tepat

Apa yang Dimaksud dengan Depresiasi Bisnis?

depresiasi adalah
(Ilustrasi depresiasi nilai. Sumber: Freepik.com)

Menurut Business News Daily, depresiasi memiliki dua aspek utama. Aspek pertama depresiasi adalah penurunan nilai aset dari waktu ke waktu. 

Aspek kedua depresiasi adalah mengalokasikan harga yang awalnya kamu bayar untuk aset mahal selama periode waktu kamu menggunakan aset itu.

Jumlah tahun suatu aset yang menyusut, ditentukan oleh taksiran masa manfaat aset atau berapa lama aset tersebut dapat digunakan. Misalnya, perkiraan masa manfaat laptop atau komputer kurang lebih lima tahun.

Ada beberapa kelas aset, termasuk komoditas dan properti. Saat melakukan anggaran tahunan atau neraca, penyusutan aset dianggap sebagai biaya tetap.

Kecuali jika kamu menggunakan metode yang menghitung jumlah yang dapat disusutkan berubah setiap tahun, misalnya metode unit produksi.

Dalam hal ini, biaya yang kamu keluarkan akan dikategorikan sebagai biaya variabel.

Namun, aset apa saja yang bisa menyusut? Untuk tujuan akuntansi ada beberapa kriteria terkait aset yang menyusut. Berikut kriterianya:

  • Aset tersebut dimiliki olehmu.
  • Digunakan dalam bisnismu atau untuk menghasilkan pendapatan.
  • Memiliki masa manfaat yang dapat ditentukan.
  • Diharapkan untuk bertahan lebih dari satu tahun.

Beberapa contoh jenis yang paling umum dari aset yang dapat menyusut, yaitu kendaraan, bangunan, peralatan, perabot kantor, barang elektronik, dan mesin.

Benda tak berwujud tertentu juga dapat dikategorikan aset yang dapat menyusut. Contohnya, paten, hak cipta, dan perangkat lunak komputer.

Jika ada aset yang dapat menyusut, artinya ada pula aset yang tidak dapat menyusut. Apa saja jenis aset tersebut? Berikut ini daftarnya:

  • Tanah.
  • Koleksi (seni, koin, memorabilia, dan lain-lain).
  • Investasi (saham dan obligasi).
  • Milik perseorangan.
  • Setiap aset yang digunakan kurang dari satu tahun.

Baca juga: Apa Saja yang Termasuk Aset Tetap? Ini Penjelasan Lengkapnya

Metode Depresiasi dan Cara Menghitungnya

depresiasi adalah
(Pebisnis yang mengalami depresiasi aset. Sumber: Freepik.com)
shopee pilih lokal

Berdasarkan penjelasan di atas, kamu pasti sudah mulai memahami bahwa depresiasi adalah penyusutan atau penurunan nilai aset. Dalam perusahaan, aset yang mendapat depresiasi adalah yang digunakan untuk produksi.

Namun, seberapa lama kamu bisa menggunakan aset tersebut hingga mengalami penyusutan hingga titik paling akhir? Selain itu, bagaimana mengetahui berapa nilai depresiasi aset yang sedang kamu gunakan?

Kamu dapat melakukannya dengan sejumlah metode akuntansi. Ada beberapa metode yang biasanya digunakan untuk menghitung depresiasi aset modal dan aset penghasil pendapatan lainnya.

Mengutip dari Investopedia, setidaknya ada lima metode yang dapat digunakan. Metode tersebut, yakni straight-line (garis lurus), declining balance (saldo menurun), double-declining balance (penurunan saldo ganda), sum-of-the-years digits (angka jumlah tahun), dan units of production (unit produksi).

Adapun tiga input utama yang diperlukan untuk menghitung penyusutan dengan menggunakan rumus metode-metode di atas, yakni:

  • Masa manfaat (useful life): ini adalah periode waktu sebuah perusahaan menganggap aset tetap produktif. Di luar masa manfaatnya, aset tetap tidak lagi efektif untuk melanjutkan pengoperasian aset.
  • Nilai sisa (salvage value): setelah masa manfaat aset tetap, perusahaan dapat mempertimbangkan untuk menjualnya dengan jumlah yang dikurangi. Ini dikenal sebagai nilai sisa aset.
  • Biaya aset: biaya ini termasuk pajak, pengiriman, dan biaya persiapan atau penyiapannya.

Itulah tiga input penting dalam rumus-rumus cara menghitung depresiasi. Adapun metode penghitungan unit produksi membutuhkan jumlah unit yang digunakan selama produksi. 

Mari kita lihat setiap jenis metode depresiasi beserta rumusnya secara terperinci di bawah ini.

1. Straight-Line

Cara menghitung pertama depresiasi adalah dengan menggunakan straight-line atau garis lurus. Ini adalah cara paling dasar untuk mencatat penyusutan. 

Dengan menggunakan metode ini, kamu dapat mengetahui beban penyusutan yang sama setiap tahun sepanjang masa manfaat aset. Sampai akhirnya seluruh aset menyusut ke nilai sisa.

Adapun rumus metode straight-line untuk menghitung depresiasi adalah sebagai berikut:

Beban Depresiasi = (biaya – nilai sisa) / masa manfaat

Agar mendapat gambaran lebih baik, mari buat contoh simulasi. Misalnya perusahaanmu membeli mesin dengan harga Rp10.000.000.

Adapun nilai sisa yang kamu tetapkan adalan Rp2.000.000 dengan masa manfaat lima tahun.

Berdasarkan asumsi tersebut, jumlah depresiasi adalah Rp8.000.000. Penyusutan tahunan dengan menggunakan metode straight-line dihitung dengan membagi jumlah yang dapat menyusut dengan jumlah tahun.

Dalam hal ini, jumlahnya menjadi Rp1.600.000 per tahun. Ini merupakan hasil dari jumlah penyusutan (Rp8.000.000) dibagi jumlah tahun (5 tahun).

Dari sini, kita tahu bahwa tingkat depresiasi adalah 20%. Ini didapat dari jumlah penyusutan per tahun dibagi jumlah total penyusutan, kemudian dikalikan 100.

Baca juga: Metode Inventory untuk Bisnis agar Lebih Efisien

2. Saldo Menurun

Metode saldo menurun pada penghitungan depresiasi adalah metode penyusutan yang dipercepat. 

Metode ini mendepresiasi mesin pada persentase penyusutan straight-line dikalikan jumlah sisa penyusutannya setiap tahun. 

Karena nilai aset yang tercatat lebih tinggi pada tahun-tahun sebelumnya, persentase yang sama menyebabkan beban penyusutan yang lebih besar pada tahun-tahun sebelumnya, menurun setiap tahun.

Berikut ini rumusnya:

Saldo menurun = (nilai buku bersih – nilai sisa) x (1 / masa manfaat) x tingkat depresiasi

Dengan menggunakan contoh straight-line sebelumnya, biaya mesin Rp10.000.000 dengan nilai sisa Rp2.000.000. Umur mesin 5 tahun dan tingkat depresiasi 20% per tahun.

Jadi, nilai penyusutan pada tahun pertama adalah Rp1.600.000. Pada tahun kedua nilai penyusutannya Rp1.280.000.

Angka tersebut didapat dari jumlah total penyusutan dikurangi nilai penyusutan tahun pertama. Kemudian hasilnya dikalikan tingkat depresiasi per tahun, yakni 20%.

3. Penurunan Saldo Ganda

Metode selanjutnya, yaitu penurunan saldo ganda atau double declining balance (DDB). Ini merupakan metode penyusutan dipercepat lainnya. 

Setelah mengambil kebalikan dari masa manfaat aset dan menggandakannya, tarif ini diterapkan ke dasar yang dapat disusutkan, yaitu nilai bukunya, selama sisa perkiraan umur aset. 

Dengan demikian, metode ini pada dasarnya dua kali lebih cepat dari metode saldo menurun.

DDB = (nilai buku bersih – nilai sisa) x (2 / masa manfaat) x tingkat depresiasi

Contohnya, aset dengan masa manfaat lima tahun akan memiliki nilai timbal balik 1/5 (seperlima) atau 20%. 

Tingkat dua kali lipat, atau 40%, diterapkan pada nilai buku aset saat ini untuk penyusutan. 

Meskipun kurs tetap konstan, nilai rupiah diasumsikan menurun seiring waktu karena kurs dikalikan dengan basis depresiasi yang lebih kecil untuk setiap periode.

Baca juga: Apa Itu Forecasting? Berikut Manfaat dan Metodenya

4. Angka Jumlah Tahun

Metode angka jumlah tahun atau sum-of-the-years digits (SYD) juga memungkinkan percepatan penyusutan. 

Untuk menghitungnya, kamu bisa memulai dengan menggabungkan semua digit perkiraan umur aset.

Misalnya, aset dengan masa pakai 5 tahun akan memiliki basis jumlah digit satu sampai lima, atau 1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15. 

Pada tahun penyusutan pertama, 5/15 dari nilai penyusutan dasar akan tersusut. Pada tahun kedua, hanya 4/15 dari nilai penyusutan dasar yang dapat tersusut. 

Hal seterusnya akan terjadi pada tahun-tahun berikutnya, hingga sampai tahun kelima menyusutkan sisa 1/15 dari nilai dasar.

5. Unit Produksi

Metode selanjutnya penghitungan depresiasi adalah unit produksi. Cara ini membutuhkan estimasi total unit yang akan dihasilkan suatu aset selama masa manfaatnya. 

Beban penyusutan kemudian dihitung per tahun berdasarkan jumlah unit yang diproduksi. 

Metode ini juga menghitung beban penyusutan berdasarkan jumlah yang dapat menyusut.

Baca juga: Ciri-Ciri, Jenis, dan Contoh Pasar Monopoli di Indonesia

Itulah penjelasan mengenai depresiasi bisnis dan bagaimana metode penghitungannya. Metode depresiasi adalah metode akuntansi penting untuk mengetahui umur pakai aset, sehingga kamu tahu kapan harus memperbaruinya.

Belanja Harga Murah + Gratis Ongkir + Cashback

X