Faktor Penyebab Deflasi dan Dampaknya Bagi Bisnis

Share this Post

resesi global
Table of Contents
shopee gratis ongkir

Deflasi adalah salah satu istilah ekonomi yang cukup sering disebut.

Istilah ini sering kali diartikan sebagai kebalikan dari inflasi. Keduanya sama-sama fenomena ekonomi yang bisa mempengaruhi kehidupan setiap orang. Terutama yang berkecimpung langsung dalam bisnis, investasi, hingga pembuatan kebijakan finansial. 

Apa arti sesungguhnya dari deflasi? Apa dampaknya bagi sebuah bisnis maupun kehidupanmu secara umum? Berikut ulasan lengkap beserta contohnya. 

Baca juga: Dampak Inflasi dan 4 Jenisnya yang Perlu Kamu Tahu

Definisi Deflasi 

deflasi
(Foto uang dolar. Sumber: Pexels.com)

Dilansir dari Forbes, deflasi diartikan sebagai penurunan harga aset seiring waktu dan biasanya diikuti dengan peningkatan kemampuan membeli.

Konidisi Ini terjadi ketika orang bisa membeli satu barang atau jasa dengan harga yang sama dengan harga di masa lalu. Namun, jumlahnya lebih banyak. 

Deflasi sering terjadi terhadap jenis komoditas yang mudah berubah karena faktor sosial, politik, hingga iklim. Misalnya, barang pangan, energi, dan mineral. Kamu pasti pernah mengalami perubahan harga ini pada telur, daging, bensin, bahkan emas. 

Ia adalah kebalikan dari inflasi yang berarti peningkatan harga aset atau produk di masa depan seiring berjalannya waktu. Misalnya, harga sebuah rumah atau lahan yang semakin tahun semakin naik. 

Baca Juga: Dampak Inflasi Global, Apakah Indonesia Aman?

Faktor Penyebab Deflasi 

deflasi
(Foto grafik saham. Sumber: Pexels.com)
shopee pilih lokal

Sama seperti fenomena lain pada umumnya, ada beberapa hal yang mendorong terjadinya deflasi. Berikut sejumlah faktor yang dimaksud. 

1. Kebijakan Moneter 

Deflasi bisa terjadi karena kebijakan moneter yang ditetapkan oleh stakeholders. Bisa peningkatan suku bunga bank yang membuat orang enggan melakukan penarikan tunai atau pembelian.

Penurunan minat belanja membuat harga produk atau jasa ikut turun. 

2. Pesimis

Faktor berikutnya adalah sikap pesimis dan kemampuan membeli yang turun akibat beberapa hal. Misalnya,pandemi atau bahkan peperangan yang membuat orang khawatir dengan masa depan, kehilangan pekerjaan, dan lain sebagainya.

Peristiwa-peristiwa seperti itu bisa membuat orang enggan berbelanja dan sebaliknya memilih untuk menabung guna kebutuhan dana darurat atau asuransi. 

3. Suplai Komoditas yang Meningkat 

Komoditas biasanya akan mengalami peningkatan harga bila suplainya terbatas, tetapi permintaannya tetap tinggi.

Namun, kondisi ini akan berlaku sebaliknya bila suplainya besar hingga tak lagi dibutuhkan atau dicari orang. Inilah yang kemudian membuat harga sebuah barang ikut turun atau mengalami deflasi. 

Ketika suplai meningkat, biasanya akan lebih banyak pesaing sehingga pebisnis mau tak mau harus melakukan penyesuaian harga. Ini pula yang bisa mendorong terjadinya deflasi. 

4. Purchasing Power yang Naik 

Purchasing power atau kemampuan membeli biasanya akan meningkat seiring berjalannya waktu. Ini karena kesejahteraan seseorang atau generasi umumnya meningkat dari waktu ke waktu.

Misalnya, dulu tak banyak orang yang bisa membeli gawai macam ponsel dan komputer jinjing. Namun, sekarang kedua gawai tersebut menjadi barang yang normal dimiliki seseorang. 

Baca Juga: Ketahui 4 Cara Mengatasi Inflasi agar Bisnis Tetap Lancar

Berbeda dengan Disinflasi 

deflasi
(Foto statistik menurun. Sumber: Freepik.com)
shopee pilih lokal

Selain deflasi dan inflasi, kamu mungkin akan menemukan istilah disinflasi dalam ekonomi. Masih melansir Forbes, disinflasi merupakan peningkatan harga komoditas yang terjadi lebih lambat dibanding biasanya.

Contohnya bila barang biasanya mengalami inflasi sebesar 4 persen setiap tahunnya, di tahun ini peningkatan harganya hanya 2 persen. Fenomena seperti itu yang disebut dengan disinflasi. 

Keuntungan dari Deflasi 

deflasi
(Foto keuntungan dari deflasi. Sumber: Unsplash.com)
shopee pilih lokal

Deflasi kadang dibutuhkan untuk menjaga kestabilan ekonomi. Dengan penurunan harga diharapkan orang tidak akan enggan berbelanja sehingga rantai ekonomi tetap berjalan.

Hal ini juga bisa mengendalikan pebisnis dari kecenderungan yang tidak sehat seperti mengambil untung setinggi-tingginya. 

Namun, deflasi harus dikontrol karena bila tidak ia memiliki banyak konsekuensi yang bisa merugikan berbagai pihak, termasuk konsumen sendiri. Deflasi tidak boleh dibiarkan terlalu lama atau berlarut-larut. 

Baca Juga: 7 Dampak Resesi Global Terhadap Indonesia 

Efek Deflasi bagi Bisnis 

deflasi
(Foto kerja di kafe. Sumber: Pexels.com)
shopee pilih lokal

Deflasi mungkin dilihat sebagai sesuatu yang menguntungkan, terutama dari kacamata konsumen. Namun, sebenarnya efek deflasi terhadap bisnis maupun kestabilan ekonomi cukup besar. 

Dari sudut pandang pegiat bisnis atau pengusaha, ada beberapa konsekuensi dari deflasi, yaitu. 

1. Penurunan Profit

Penurunan profit yang berujung pada pengurangan atau efisiensi jumlah karyawan hingga utang. Langkah-langkah tersebut biasanya dilakukan pengusaha untuk mempertahankan bisnis mereka di tengah penurunan harga produk.

Bila gagal, bukan tidak mungkin sebuah bisnis akan menyatakan kebangkrutan. 

2. Bunga Utang yang Meningkat

Bunga hutang yang meningkat karena makin banyak pebisnis yang mengajukan pinjaman untuk bertahan di tengah krisis.

Hal tersebut membuat pihak yang berutang seperti orang yang jatuh tertimpa tangga. Beban utang akan semakin berat di masa deflasi apalagi diiringi dengan penghematan ekstrim yang membuat daya beli ikut turun. 

3. Deflationary Spiral

Deflationary spiral, yaitu efek domino yang terjadi karena penurunan harga membuat produksi lesu. Ketika produksi lesu, maka gaji pegawai akan ikut turun dan berdampak pada daya beli yang ikut turun pula. Dalam jangka panjang, kondisi ini akan sangat berbahaya. 

4. Minat Investasi Turun

Berkurangnya minat investasi bisa membahayakan kesehatan finansial sebuah perusahaan. Seperti kita tahu, investasi memungkinkan perusahaan atau pegiat bisnis melakukan berbagai inovasi, bahkan bertahan dari krisis.

Dengan kolapsnya investasi maka perusahaan bisa saja melakukan pengurangan jumlah karyawan serta efisiensi-efisiensi lainnya yang bertolakbelakang dengan produktivitas. 

Deflasi sering disebut lebih berbahaya ketimbang inflasi. Ini karena inflasi setidaknya mendorong orang untuk menanamkan uangnya dalam bentuk investasi. Sebaliknya, deflasi membuat optimisme dan minat melakukan investasi turun tajam.

Muncul kekhawatiran bahwa uang yang mereka tanam untuk investasi di aset tertentu akan berkurang nilainya di masa depan. 

Deflasi adalah hal yang normal terjadi dalam ekonomi. Namun, ada beberapa kejadian yang cukup besar dan berdampak luas ke masyarakat. Deflasi yang dibiarkan atau diremehkan biasanya mendorong terjadinya resesi.

Hal ini pernah terjadi di Amerika Serikat pada 2008-2009 ketika harga properti turun akibat banyaknya orang yang mengajukan cicilan tanpa memiliki kemampuan atau prospek untuk membayar tepat waktu. 

Jepang juga pernah mengalami deflasi pada rentang waktu 1990-2014. Deflasi yang terjadi di negara tersebut bisa dibilang mild karena berlangsung perlahan, tetapi konsisten.

Awalnya dimulai dari harga tanah atau lahan yang turun dan kemudian merambat ke berbagai sektor lain. Banyak ekonom dan ahli yang mengamati ekonomi Jepang selama deflasi jangka panjang tersebut. 

Ben Dooley dari The New York Times misalnya menyebut beberapa hal yang membuat inflasi jadi hal langka di Jepang, yaitu budaya konsumerisme yang cukup rendah didukung dengan penduduk yang menua.

Ini didukung pula oleh kedatangan pekerja migran dari negara berkembang yang membuat biaya produksi bisa ditekan. 

Baca Juga: Dampak Resesi Ekonomi Amerika Serikat dan 6 Penyebabnya

Cara Bertahan di Tengah Deflasi 

Faktor Penyebab Deflasi dan Dampaknya Bagi Bisnis
(Foto pebisnis. Sumber: Pexels.com)
shopee pilih lokal

Menurut International Chamber of Commerce, ada beberapa hal yang bisa dilakukan ketika deflasi terjadi. Pemerintah misalnya disarankan untuk melakukan pemangkasan atau kompensasi pajak, dan menurunkan bunga pinjaman.

Kebijakan fiskal tersebut diharapkan bisa meringankan beban perusahaan sekaligus meningkatkan angka disposable income masyarakat secara umum sehingga mereka termotivasi untuk melakukan transaksi. 

Sementara pebisnis bisa melakukan beberapa langkah. Misalnya, pemangkasan biaya produksi, misal dengan melakukan pemotongan gaji, restrukturasi perusahaan, dan negosiasi harga dengan penyedia bahan baku.

Hal ini banyak dilakukan perusahaan barang elektronik sehingga produk yang mengalami deflasi akan tergantikan dengan produk-produk baru yang harganya lebih tinggi bahkan cenderung naik. 

Pengalaman deflasi bisa berbeda-beda pada tiap negara. Ada yang bisa hidup beberapa dekade dengan kondisi tersebut.

Namun, tak sedikit yang harus merasakan sengsara karena fenomena ekonomi itu. Pengetahuan akan deflasi dan istilah ekonomi lainnya ini wajib kamu tahu, sebab dampaknya cukup luas. 

Belanja Harga Murah + Gratis Ongkir + Cashback

X