Daftar Startup PHK Massal di Indonesia, Apa Penyebabnya?

Share this Post

startup phk massal
Table of Contents
shopee gratis ongkir

Apa penyebab startup PHK massal?

Baru-baru ini, banyak perusahaan startup yang menjadi sorotan karena diketahui melakukan pengurangan karyawan besar-besaran.

Padahal biasanya, perusahaan-perusahaan startup ini banyak dielukan oleh para pekerja. Sebab, ada banyak kelebihan yang ditawarkan dibandingkan perusahaan lainnya.

Di Tanah Air sendiri, sudah ada daftar beberapa startup yang melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap para karyawannya. Fenomena ini tentu saja terjadi bukan tanpa alasan.

Ada berbagai faktor yang mendasari adanya PHK massal di lingkup bisnis startup. Yuk, cari tahu lebih lanjut mengenai PHK massal yang dilakukan oleh startup Indonesia berikut ini.

Baca Juga: Kisaran Gaji Startup dari Level Staff Hingga C-Level

Daftar Startup PHK Massal

daftar startup phk massal
(Foto diskusi pekerjaan. Sumber: Pexels.com)

Tidak hanya satu dua perusahaan startup yang melakukan perusahaan massal. Bahkan hingga saat ini, jumlah dari startup PHK massal terus bertambah.

Berikut daftar startup PHK massal di Indonesia, dikutip dari berbagai sumber.

1. Zenius

Zenius merupakan startup pendidikan Indonesia yang dikabarkan melakukan PHK massal terhadap para pekerjanya.

Pada Mei 2022 lalu, Zenius diketahui melakukan PHK terhadap ratusan karyawannya. Mengutip laman Suara.com, hal ini dilakukan usai adanya perubahan model bisnis.

Tak hanya sampai di situ, Zenius juga kembali melakukan PHK massal untuk yang kedua kalinya pada bulan Agustus ini.

PHK massal dilakukan perusahaan untuk menyelaraskan kembali tujuan organisasi yang berubah akibat kondisi makro ekonomi dan perilaku konsumen. Jadi diharapkan, perusahaan bisa tetap tumbuh dalam jangka panjang.

Pihak Zenius menyatakan bahwa perusahaannya akan tetap memberikan hak-hak karyawan yang terkena dampak PHK sesuai peraturan tenaga kerja yang berlaku.

2. Pahamify

Masih dalam lingkup startup edukasi, perusahaan bernama Pahamify juga diketahui melakukan PHK massal pada beberapa waktu lalu.

Menurut informasi, hal tersebut dilakukan demi upaya pengoptimalan bisnis karena perubahan kondisi ekonomi makro. Jadi, perusahaan harus merelakan beberapa karyawan terbaiknya.

Dikabarkan, jumlah karyawan yang terdampak cukup besar. Namun dilansir dari CNBC Indonesia, pihak Pahamify menepis hal tersebut.

Pahamify membenarkan adanya PHK massal, akan tetapi jumlahnya tak sebesar yang diasumsikan oleh publik.

3. MamiKos

MamiKos merupakan platform yang menyediakan layanan untuk para pencari kost menemukan tempat tinggal secara lebih mudah dan cepat.

Layanan yang telah membantu banyak orang tersebut ternyata juga dikabarkan melakukan PHK massal terhadap sejumlah karyawan.

Alasannya, perusahaan tengah berusaha menghadapi perubahan ekonomi makro sehingga manajemen lebih sehat dan berkelanjutnya. Jadi, pengurangan karyawan perlu dilakukan untuk mewujudkan tujuan tersebut.

Meski usai restrukturisasi membawa dampak pemutusan hubungan kerja, tetapi pihak MamiKos memastikan akan memenuhi hak dan kewajiban bagi karyawan yang terkena.

Baca Juga: 7 Jenis Pendanaan Startup yang Perlu Kamu Ketahui

4. LinkAja

perusahaan startup phk massal
(Foto burnout. Sumber: Pexels.com)
shopee pilih lokal

Salah satu startup PHK massal yang turut menambah daftar panjang fenomena pengurangan karyawan ini adalah LinkAja.

Perusahaan rintisan yang berfokus pada bidang fintech tersebut diketahui merumahkan sejumlah karyawan.

Dengan alasan agar perusahaan dapat tumbuh sehat dan optimal untuk ke depannya.

Berita PHK massal tersebut terdengar pada bulan Mei 2022 sebagai bentuk penyesuaian bisnis terhadap berbagai perubahan yang terjadi di pasar.

Dikutip dari Katadata.co.id, pihak LinkAja telah menyatakan bahwa perusahaan melakukan reorganisasi karyawan berdasarkan pertimbangan matang.

Adapun jumlah karyawan yang terdampak oleh pengurangan tenaga kerja ini tak disebutkan.

Namun, LinkAja memastikan bahwa perusahaannya akan memenuhi hak karyawan sesuai aturan dan regulasi yang telah ditetapkan pemerintah.

5. JD.id

JD.id masuk dalam salah satu starup PHK massal yang juga turut diperbincangkan banyak orang.

Diketahui, penyedia layanan belanja online tersebut melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap sejumlah karyawannya di bulan Mei 2022.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari CNN Indonesia, JD.id melakukan pengurangan karyawan sebagai bentuk improvisasi agar perusahaan dapat terus beradaptasi dan selaras dengan dinamika pasar maupun tren industri di Indonesia.

Langkah lain yang ditempuh startup ini sebagai improvisasi, yakni melakukan peninjauan, penyesuaian, hingga inovasi atas strategi bisnis dan usaha.

JD.id pun memastikan bahwa perusahaannya akan tetap memenuhi hak karyawan yang terdampak berdasarkan regulasi pemerintah.

6. Fabelio

Fabelio merupakan perusahaan rintisan yang bergerak di bidang usaha furniture dan desain interior.

Perusahaan ini juga terkena imbas dari kondisi ekonomi di tengah pandemi COVID-19 sehingga harus merumahkan sejumlah karyawan.

Diketahui, Fabelio memaksa sejumlah karyawannya untuk resign jika ingin memeroleh bayaran penuh.

Berita tersebut pun sempat menghebohkan publik. Bahkan dikabarkan bahwa pihak Fabelio tak kunjung memenuhi hak karyawan yang terdampak PHK.

Dilansir dari detikFinance, pihak Fabelio menepis kabar tersebut.

Perusahaan mengaku bahwa pihaknya tengah beritikad baik untuk memenuhi kewajiban terhadap para karyawannya yang terkena PHK.

Baca Juga: Angel Investor pada Bisnis Startup, Apa Itu?

7. UangTeman

UangTeman merupakan salah satu perusahaan rintisan yang berfokus pada bidang fintech pembiayaan (lending).

Beberapa waktu lalu, UangTeman dikabarkan melakukan pemutusan hubungan kerja massal. Bahkan kabarnya, gaji para karyawan sejak akhir tahun 2020 tak kunjung dibayarkan oleh perusahaan.

Hal tersebut terungkap dengan adanya petisi yang dibuat oleh para karyawan dan mantan karyawan melalui website Change.org.

Perusahaan rintisan ini juga disebut melakukan kebohongan terhadap pemotongan gaji karyawan untuk pembayaran pajak penghasilan (Pph) dan iuran BPJS Ketenagakerjaan karyawan.

Puncaknya, pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun mencabut izin usaha startup ini. Namun, UangTeman menggugat Dewan Komisioner OJK terkait pencabutan izin usahanya.

8. TaniHub

TaniHub merupakan penyedia aplikasi e-commerce untuk transaksi produk pertanian maupun peternakan secara B2B dan B2C.

Kabarnya, TaniHub juga melakukan PHK massal pada sejumlah karyawannya usai menghentikan operasional warehouse di wilayah Bali dan Bandung.

Tutupnya dua pergudangan milik TaniHub dilakukan karena perusahaan ini ingin menghentikan kegiatan Business to Consumer (B2C), untuk kemudian beralih fokus dalam meningkatkan pertumbuhan melalui kegiatan Business to Business (B2B).

Pihak TaniHub sendiri tak menyebutkan berapa jumlah karyawan yang terkena dampak dari startup PHK massal tersebut.

Namun TaniHub memastikan bahwa semua hak karyawan akan dipenuhi dengan baik sesuai peraturan yang berlaku.

9. Lummo

Lummo termasuk dalam salah satu startup PHK karyawan yang cukup membuat heboh publik baru-baru ini.

Startup di bidang fintech itu dikabarkan telah merumahkan sekitar 100 karyawan. Langkah ini dilakukan karena situasi ekonomi global yang menyebabkan para startup sulit untuk memiliki akses modal.

Perusahaan yang dulunya dikenal dengan nama BukuKas tersebut tidak hanya melakukan PHK massal di kantor Jakarta, tetapi juga berdampak pada wilayah lain, seperti India.

Kabarnya, ada 50-60 karyawan di Bengaluru, India yang terdampak PHK.

Menurut pihak Lummo, karyawan yang terkena PHK akan tetap dipenuhi haknya. Bahkan dibantu untuk kembali berkarier di tempat lain.

Baca Juga: Seed Funding atau Modal Awal Startup, Berikut 9 Jenisnya

Penyebab Startup PHK Massal

penyebab startup phk massal
(Foto krisis. Sumber: Unsplash.com)
shopee pilih lokal

Tak hanya di beberapa startup Indonesia saja, perusahaan rintisan di berbagai negara juga melakukan hal yang sama. Pengurangan karyawan ini dilakukan agar perusahaan bisa tetap bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Lalu, apa yang menyebabkan startup PHK massal?

Faktor utamanya adalah makro ekonomi global yang terus mengalami naik turun selama dua tahun terakhir akibat pandemi COVID-19.

Tidak pastinya makro ekonomi global membuat para investor menghindari pembelian saham startup yang memiliki risiko tinggi. Akibatnya, startup sulit memeroleh modal usaha yang membuat operasionalnya juga terhambat.

Adanya kenaikan inflasi dan suku bunga di berbagai negara turut memengaruhi perusahaan rintisan ini. Terutama startup yang menggunakan model bisnis Business to Customer (B2C).

Inflasi tersebut bisa mengubah perilaku atau pola hidup konsumen sehingga berdampak pada layanan-layanan yang disediakan startup.

Beberapa penyebab lain yang juga membuat startup PHK massal, yakni adanya kepentingan untuk reorganisasi sehingga berdampak pada sumber daya manusia di dalamnya.

Bisa juga disebabkan oleh ketidakfokusan startup pada bisnis, kehabisan dana operasional, atau tidak memiliki strategi yang baik untuk berkembang di masa depan.

Tentu saja, adanya pengurangan tenaga kerja secara besar-besaran oleh sejumlah startup ini menimbulkan efek yang cukup serius.

Terutama meningkatkan jumlah pengangguran. Usai terkena PHK, tidak semua karyawan bisa mendapatkan pekerjaan kembali dengan mudah.

Sementara bagi perusahaan itu sendiri, tingkat produktivitas mereka mungkin akan terpengaruh. Sebab, perusahaan harus tetap beroperasi dengan tenaga kerja terbatas.

Baca Juga: 9 Tips Membangun Startup yang Sukses, Sudah Tahu?

Itu dia penjelasan mengenai startup PHK massal di Indonesia. Berikut daftar dan kemungkinan penyebabnya.

Semoga perekonomian segera pulih sehingga tak ada lagi perusahaan yang menambah daftar panjang startup PHK massal di atas.

Belanja Harga Murah + Gratis Ongkir + Cashback

X